Memiliki perencanaan karir yang matang sejak dini merupakan hal yang penting untuk setiap orang. Sebab, lebih mudah mengukur target dan membuat langkah-langkah
yang dapat membantu dalam mencapai karir tersebut
Goal Setting
Pada tahap ini, saya menggunakan SMART
Goals bagian Specific dan Measurable. Dimana Goal Setting akan
diarahkan kepada pencapaian secara spesifik dan alasan yang mendasarinya.
Berikut Goal Setting saya.
“Kelak, aku akan berkeliling dunia,
berpenghasilan dolar, dan bekerja di perusahaan berskala multinasional.”
Saya masih ingat ketika menulis Goal
Setting spesifik di atas. Saat itu, tepat bulan April 2018 saat saya kelas
10 di MAN 1 Tasikmalaya. Saya menjadi finalis Lomba Esai Nasional mengenai
Revolusi Industri 4.0 di Universitas Andalas Padang Sumatera Barat. Disela-sela
presentasi, panitia mengajak finalis untuk city tour sekitar Padang,
mulai dari tempat wisata hingga kunjungan perusahaan nasional-multinasional.
Tepat di Pantai Purus, terdapat Tugu
Iora. Sebuah tugu yang merepresentasikan nama negara beserta bendera, arah, dan
jaraknya dari tugu tersebut. Saya pun berfoto di Tugu Iora sambil menuliskan
harapan sederhana saya, “Kelak, aku akan berkeliling dunia, berpenghasilan
dolar dan bekerja di perusahaan berskala multinasional.”
Persiapan dan Tantangan
Pada tahap ini, saya menggunakan Achievable.
Dimana nantinya diarahkan bagaimana mencapai Goal Setting dan menyikapi
tantangan mewujudkannya.
Berikut cara saya untuk mencapai Goal
Setting dan menyikapi tantangan mewujudkannya.
1.
Berkeliling
dunia
Saya
terinspirasi akan tulisan Prof. Rhenald Kasali. Ph.D.
"Uang untuk beli tiket ke luar negerinya
dari mana?" Saya katakan saya tidak tahu. Setahu saya hanya orang bodohlah
yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan
tujuannya dari uang dan ketika seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka
ia akan terbelenggu oleh batasan dan hampir pasti jawabannya adalah tidak ada
uang, tidak mungkin, dan tidak bisa.
Kendati penduduk miskin di Indonesia masih banyak,
hal yang sangat biasa kita temukan lulusan SD bolak-balik Jakarta-Arab Saudi,
Malaysia, dan Hongkong. Siapa itu? TKI. Luar biasa bukan?
Pendapat ini selaras dengan saya pasca berfoto
di Tugu Iota, pada Oktober 2018 saya berkesempatan mengikuti Comparative
Study di 3 negara, Malaysia, Singapore, dan Thailand. Namun, saya mempunyai
kendala keuangan terkait living cost selama mengikuti kegiatan tersebut.
Sebagai seorang pemula, saya mencoba untuk menawarkan kerjasama ke berbagai
UMKM hingga perusahaan.
H-1 keberangkatan, saya belum mempunyai
pendanaan sponsor. Padahal panitia sudah cemas. Dengan tenang, saya mencoba
meyakinkan saya akan berangkat. Saya pun berangkat ke bandara meski belum
mendapat pendanaan. Saya berpikir, meski saya tidak berangkat, setidaknya saya
dapat bertemu sesama delegasi. Kemudian tiba-tiba malam hari sebelum
keberangkatan, tepat di bandara ada notif masuk.
Yup, hanya foto ini yang bisa menggambarkan
betapa bahagianya saya. Sebuah kerjasama sponsorship yang membuat saya percaya
bahwa pertolongan bisa datang kapan saja dan dari mana saja.
2.
Mengikuti
kegiatan internasional
Setelah kegiatan Comparative Study di 3
negara, pada Januari 2019 kembali diamanahkan mengikuti International
Symposium sebagai delegasi Indonesia di Istanbul Turki. Cerita delegasi di International
Symposium hampir mirip dengan kegiatan Comparative Study di 3 negara
Bedanya hanya nominal sponsorship saja yang lebih tinggi.
Berikutnya pada Februari 2020, saya kembali
diamanahkan mengikuti International Symposium di Istanbul Turki.
Bedanya, pada kesempatan ini saya berlaku sebagai ketua sponsorship delegasi
Indonesia. Mengingat pada keikutsertaan saya tahun 2019, berhasil terkumpul
dana sponsorship 35 juta. Hal ini pun sempat ramai dan menjadi topik
perbincangan hangat yang kemudian dibukukan.
Adapun kendala yang dialami saat menjadi ketua sponsorship delegasi Indonesia adalah kesulitan menjelaskan tips and trick mendapatkan sponsorship kepada delegasi yang personal brandingnya minim, scam tiket palsu, hingga kerjasama dengan agen travel untuk mendapatkan harga tiket pesawat dan visa terbaik.
Saya pun mengikuti berbagai pelatihan public
speaking hingga dapat menjelaskan tips and trick mendapatkan
sponsorhip kepada delegasi Indonesia. Pada kegiatan ini, saya berhasil meraih
penghasilan dolar pertama saya sebanyak US$14.000 atau sekitar 200 juta rupiah.
Saya yang menjadi delegasi ke luar negeri
memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri saya
bangkit. Sekembalinya dari luar negeri, saya membawa segudang pengalaman,
cerita, dan foto yang membentuk visi saya. Seorang pemburu tiket, penginapan super murah, dan
menggendong ransel butut yang kaya teori, mata tajam mengendus peluang, dan
rasa percaya diri yang tinggi.
Keikutsertaan saya di kegiatan internasional
membuktikan bahwa Indonesia memiliki SDM yang kompeten, respektif, dan adaptif.
Keikutsertaan saya juga dapat memperkenalkan budaya Indonesia ke dalam forum
internasional. Maka secara langsung, saya telah melakukan capacity
improvement sebagai agent of change bagi Indonesia.
3.
Beasiswa
Pendidikan
Beasiswa
adalah hal mutlak meraih akses pendidikan seluas-luasnya. Seorang saya yang
mempunyai tanda merah ketika pengumuman SNMPTN di perguruan tinggi negeri terbaik,
membuat saya jatuh sejatuh-jatuhnya.
Alhasil, beberapa perlombaan dan seleksi masuk perguruan tinggi saya ikuti. Saya
ingin menguji kemampuan karena kegagalan tersebut.
Beberapa minggu kemudian, saya mengikuti
berbagai seleksi beasiswa. Soal demi soal dan interview demi interview saya ikuti.
Alhasil, ada beberapa perguruan tinggi yang memampangkan nama saya sebagai
penerima beasiswanya. Alhasil, saya mengambil Beasiswa Unggulan di Prodi Sistem
Informasi Universitas Internasional Semen Indonesia. Padahal ada beberapa
beasiswa ternama menjadi opsi. Katakanlah beasiswa Conoco Phillips kuliah kerja
5 tahun di Amerika Serikat, beasiswa Universitas Bakrie, hingga beasiswa Polman
Astra.
4.
Magang
atau bekerja di perusahaan multinasional
Magang
merupakan pengalaman terbaik mempersiapkan dunia kerja, terlebih targetnya
adalah bekerja di perusahaan multinasional. Hal ini dapat dipersiapkan dengan
berkuliah di kampus internasional, salah satunya di Universitas Internasional
Semen Indonesia. Sebagai mahasiswa semester 3, perlu persiapan yang matang jika
semester 5 nanti akan melakukan magang di perusahaan. Perlu riset yang optimal,
meningkatkan personal branding, hingga meningkatkan CV. Namun, hal ini
belum terwujud dan masih dalam tahap persiapan.
Implementasi
Pada tahap ini, saya menggunakan Relevant
dan Time-bound. Dimana nantinya diarahkan apakah cara untuk
mencapai Goal Setting sudah sesuai dan menentukan deadline
targetnya. Saya pun bisa beradaptasi untuk mengimplementasikan perencanaan
karir, baik sebagai Sociopreneurship, Teknopreneurship, maupun
Intrapreneurship.
1.
Sociopreneurship
Sociopreneurship merupakan
skill kewirausahaan yang lebih mengedepankan sisi sosial. Pada April 2018
sesaat berfoto di Tugu Iota, saya membuat master plan untuk mengikuti berbagai
kegiatan volunteer maupun Corporate Social Responsibility.
Setidaknya 5 tahun ke depan sejak April 2018, harus terealisasi. Hal ini dapat
diketahui ketika mengimplementasikan sociopreneurship dengan mengikuti
kegiatan volunteer hingga Corporate Social Responsibility sebagai
berikut.
a. Volunteer Parlemen Remaja DPR RI
Sebagai
seseorang yang mempunyai perencanaan karir yang tinggi, tentu keahlian dalam
melakukan diplomasi, diskusi, hingga negosiasi sangat penting dikuasai. Oleh
karena itu, saya mencoba memanfaatkan kegiatan volunteer ini mewakili
Daerah Pemilihan Jawa Barat XI bersaing bersama ribuan pelamar pada September
2019.
b. Corporate Social Responsibility PT. Paragon
Sebagai
induk perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia, saya berhasil mengikuti
kegiatan CSRnya pada Oktober 2019 di kegiatan Pemimpin.id 3 negara, Indonesia,
Singapore, dan Malaysia. Saya pun berkesempatan mengikuti factory tour
PT. Paragon di Tangerang.
c. Corporate Social Responsibility PT. Primajasa Perdanaraya Utama
Sebagai
perusahaan di bidang transportasi bus, saya berhasil mengikuti program Corporate
Social Responsibility PT. Primajasa Perdanaraya Utama pada Desember 2020.
Program CSR ini diadakan setiap tahun yang berkonsentrasi di Jawa Barat-DKI
Jakarta-Banten.
2.
Teknopreneurship
Teknopreneurship merupakan
sebuah skill kewirausahaan yang lebih mengedepankan sisi teknologi. Pada April
2018 sesaat berfoto di Tugu Iota, saya membuat master plan untuk
merintis usaha di bidang teknologi. Setidaknya 5 tahun ke depan sejak April
2018, harus terealisasi. Hal ini dapat diketahui ketika mengimplementasikan teknopreneurship
sebagai berikut.
a.
Brilink Payment Center
Sebagai
seorang pemuda, tentu kendala dana menjadi masalah sangat serius. Namun, ada
hal unik mewujudkan teknopreneurship ini. Ketika saya terpilih menjadi
ketua sponsorship delegasi Indonesia pada Februari 2020, saya terkendala
perizinan sekolah. Mengingat pada saat itu sedang mempersiapkan Ujian Nasional
kelas 12. Tapi, mengingat ada pendapatan US$ 14.000, saya lebih memilih
mengikuti kegiatan tersebut dibanding Ujian Nasional.
Sepulangnya
dari kegiatan internasional, saya memanfaatkan uang tersebut untuk membuka Brilink
Payment Center. Awal berdirinya, hampir 1 bulan sepi peminat. Tapi,
beberapa bulan kemudian COVID-19 sampai Indonesia, dan omzet meningkat
signifikan. 2 tahun berlalu, usaha Brilink Payment Center sudah
mempunyai 5 cabang yang berkonsentrasi di beberapa pesantren di Tasikmalaya.
b.
DikitaAja
Printing
Setelah usaha Brilink Payment Center aman, saya memperluas usaha saya dengan membuka DikitaAja Printing pada Oktober 2020 di beberapa pesantren di Tasikmalaya. Hal ini berdasarkan riset pasar yang mempunyai peluang pangsa pasar tinggi di ranah pesantren di tengah COVID-19.
3.
Intrapreneurship
Intrapreneurship merupakan
sebuah skill kewirausahaan yang lebih mengedepankan sisi skill di perusahaan.
Pada April 2018 sesaat berfoto di Tugu Iota, saya membuat master plan
untuk memanfaatkan kemampuan bekerja di perusahaan. Setidaknya 5 tahun ke depan
sejak April 2018, harus terealisasi magang. Hal ini dapat diketahui ketika
mengimplementasikan intrapreneurship sebagai berikut.
a.
Magang
di Perpustakaan MAN 1 Tasikmalaya
Untuk
dapat bekerja di perusahaan multinasional, tentu perlu pengalaman yang cukup.
Hal ini dapat diketahui ketika saya mengikuti magang di Perpustakaan MAN 1
Tasikmalaya pada Oktober 2020-Oktober 2021 sebelum pada Desember 2021 kemarin
saya kost di Gresik.
Magangnya
pun berfokus untuk meningkatkan peran inovasi teknologinya. Sebagai seorang
mahasiswa jurusan Sistem Informasi, tentu mengimplementasikan aplikasi
perpustakaan digital menjadi tantangan untuk dapat diimplementasikan di
perpustakaan ini.
Komentar
Posting Komentar