Langsung ke konten utama

Seorang Introvert yang Mencoba Bersosialisasi

Di penghujung Desember 2018, ada seorang siswi datang ke kelas gue sembari meminta izin ke guru untuk memanggil gue sebentar di tengah proses kegiatan belajar mengajar. Seorang kakak kelas 12 jurusan IPS yang kaya akan prestasi, anak rumah, cantik, dan pintar bernyanyi. Siapa sih yang engga kenal siswi ini di sekolah gue. Panggil saja namanya Hana. Guru pun memberikan izin gue untuk menghampiri Hana. Setelah berdiskusi di luar kelas dengan Hana, ternyata gue diajak ke Ruang Perpustakaan. Entah apa yang akan dibahas selama di sana. Gue engga tau. Gue pun menuruti permintaan Hana dan pergi bareng menuju Ruang Perpustakaan.

Setelah kami tiba di Ruang Perpustakaan, nampak ada beberapa siswi yang sedang mengadakan bimbingan dengan guru Sosiologi, yaitu Bu Hani dan Pak Yuda. Panggil saja Muti dan Arin. Muti ini sama dengan Hana, kakak kelas 12 jurusan IPS hanya bedanya ia seorang santri di suatu pondok pesantren dekat sekolah. Dan Arin ini seangkatan dengan gue. Hanya saja Arin anak rumah jurusan IPS dan gue anak pesantren jurusan MIPA. Terpampang beberapa bundel kertas dan tumpukan buku Sosiologi yang sedang mereka bahas. Gue dan Hana pun menghampiri dan duduk di samping mereka. Bu Hani dan Pak Yuda pun menghadapkan pandangannya ke gue. Hana kembali melakukan bimbingan bersama temannya. Bu Hani dan Pak Yuda membahas sebuah perlombaan yang sedang mereka persiapkan. Karena bidang yang mereka ajarkan adalah pelajaran Sosiologi, sudah pasti dong perlombaan yang sedang di siapkan pun mengenai Sosiologi. Sebuah perlombaan tingkat nasional di universitas ternama dengan lomba yang sangat jarang pada waktu itu mengenai Sosiologi. Olimpiade Sosiologi Indonesia yang rutin diadakan setiap tahunnya oleh mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia. Terdapat beberapa mata perlombaan yang diperlombakan pada Olimpiade Sosiologi Indonesia kali ini. Diantaranya lomba cerdas cermat, olimpiade esai, dan poster. Oleh karena itu, mereka sedang mempersiapkan perlombaan di bidang cerdas cermat.

Gue pun menanyakan kepada mereka apa tujuan gue dipanggil menghadap mereka. Mereka pun menjelaskan bahwa di samping mengikuti perlombaan cerdas cermat, mereka mempunyai rencana untuk mengajak gue ikut lomba olimpiade esai. Kebetulan gue selama ini sering ikut lomba-lomba mengenai esai dan pada waktu itu tema esainya mengenai pendidikan dan dirasa pas diikuti oleh gue, tutur mereka. Sontak gue pun menolak untuk berpartisipasi mengikuti lomba tersebut. Gue rasa mereka memilih orang yang kurang tepat untuk mengajak gue ikut lomba tersebut. Gue beranggapan, mana bisa anak MIPA ikut lomba anak IPS. Lagian, apa engga ada lagi pelajar IPS yang mau ikut lomba ini. Mengingat jumlah seluruh siswa di sekolah gue sekitar dua ribu siswa. Ditambah lagi waktu perlombaan yang sudah semakin dekat, mana mungkin gue bisa. Gue pun pergi dari hadapan mereka beranjak kembali ke kelas sambil berekspresikan sedikit ketus.

Di kelas, gue masih aja kepikiran akan tawaran guru Sosiologi tadi. Gue pertimbangkan baik buruknya ikut event ini. Akhirnya, gue pun berpikiran untuk mengikuti perlombaan ini di bidang olimpiade esai. Ada beberapa pertimbangan kenapa gue akhirnya mau ikut lomba ini.

Pertama, gue lagi butuh duit. Alasan klasik seorang pelajar asrama yang hanya menerima bekal bulanan dari orang tua wkwk. Tapi jujur, gue waktu itu emang lagi butuh duit lumayan gede. Terlebih, bulan Februari 2019 nanti gue akan ikut International Symposium di Istanbul Turki bareng Youth Break the Boundaries. Yaa, lumayan lah untuk menambah-nambah sedikit bekal mengikuti event tersebut. Terlebih, suatu kebanggaan tersendiri untuk bisa mengikuti perlombaan bersama sekolah. Masih ingat kisah penolakan mengikuti sebuah event pada tulisan berjudul Semua Berawal dari Gemercik? Yuk, baca tulisan tersebut di blog ini! Setiap pelajar pasti memimpikan bisa mewakili sekolahnya dalam suatu event. Di samping kebanggaan tersendiri, tentu perihal konsumsi tak usah ditanyakan lagi. Pihak sekolah sudah menjamin akan biaya makan dan uang saku yang lumayan. Nah, uang saku inilah yang menjadi salah satu target gue kenapa akhirnya gue jadi ikut lomba ini wkwk. Lumayan tambah-tambah bekal ke Turki wkwk. Di samping itu, gue berharap bisa menjadi salah satu pemenang di lomba olimpiade esai tersebut. Lumayan juga kan beberapa juta untuk setiap peserta yang juara.

Kedua, sponsorship. Masih ingat dengan tulisan mengenai sponsorship di blog ini? Yap, pendanaan pun berasal ketika gue ikut event ini. Gue lagi butuh sponsorship dari perusahaan untuk melancarkan rencana gue ke Turki. Mulai dari Bulan Oktober gue udah sebar proposal ke beberapa perusahaan, termasuk DT Peduli. Sebuah lembaga amil zakat, infaq, dan sedekah yang kantor pusatnya terletak di dekat Universitas Pendidikan Indonesia. Sebelumnya, gue udah kirim proposal ke pihak DT Peduli. Pihak DT Peduli pun menyarankan gue untuk datang langsung ke kantor pusatnya. Karena waktu itu gue engga ada waktu buat pergi ke Bandung dari Tasik, dengan adanya event ini gue bisa sekalian pergi ke DT Peduli untuk kerjasama sponsorship.

Ketiga, pembimbingnya masih muda. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa komunikasi antara peserta dengan pembimbing sudah pasti akan sangat mempengaruhi kualitas peserta dalam berlomba. Dengan adanya pembimbing yang masih muda, tentu pemikiran pun semakin terbuka dan paham akan kondisi anak muda asekkk wkwk. Hal ini jadi salah satu alasan gue mau ikut lomba ini. Karena di lomba-lomba sebelumnya, gue kurang komunikasi aja sama pembimbing yang kebetulan udah sedikit tua. Saat komunikasi pun engga nyambung gitu wkwk.

Keempat, gue mencoba menantang diri gue sendiri. Apalah gue yang sudah sering ikut beberapa event, tapi masih aja introvert wkwk. Engga suka keramaian. Engga banyak ngomong, cuma seperlunya aja. Di samping itu, menjadi sebuah tantangan tersendiri kalo gue bisa menjadi seorang extrovert. Yaa, itung-itung sebagai latihan penjajakan pra-extrovert haha. Menjadi tantangan tersendiri untuk mencoba hal-hal baru, menjadi anak IPS untuk sementara waktu. Gue yang anak MIPA, apa salahnya sii mencoba menjadi anak IPS.

Kelima, males ikut ujian. Halah, kok bisa? Sudah menjadi rutinitas setiap semester di pondok pesantren gue, setiap akhir semester pasti diadakan ujian. Gue yang paling males ngerjain soal, mikir buat jawab pertanyaan, dan males buat bikin bulatan-bulatan di jawaban menjadi alasan utama gue ikut lomba ini. Dengan gue ikut lomba ini, sekiranya gue engga bakalan ikut ujian pesantren.

Keenam, gelar yang pernah tertunda. Ketika gue engga mau ikut kegiatan ini, gue teringat dengan blog Teh Fajkus. Masih ingat Teh Fajkus? Yuk baca di blog mengenai Semua Berawal dari Gemercik, ya! Di blog teh Fajkus, ia sempat menuliskan pengalaman masa SMA nya dalam mengikuti lomba ini dengan mata perlombaan yang sama, olimpiade esai. Gue semakin termotivasi untuk ikut event ini. Dengan alasan, gue pengen mewujudkan mimpi yang sempat tertunda dari Teh Fajkus.

Itulah beberapa alasan mengapa gue akhirnya mau ikut event ini. Sepulang sekolah, gue pun kembali menemui Bu Hani dan Pak Yuda yang sedang melakukan bimbingan di Ruang Perpustakaan. Gue bilang kalo gue mau ikut event ini. Tampak ekspresi senang terlukis di wajah mereka. Gue pun langsung menanyakan apa saja yang harus gue siapkan. Mereka pun menjelaskan langkah-langkahnya. Dimulai dari pendaftaran, pembayaran administrasi, kirim esai, mengerjakan soal Sosiologi, dan presentasi. Langkah-langkah biasa yang udah sering gue jalani ketika ikut event lainnya. Gue pun mengiyakan dengan syarat, gue paling males kalo ikut bimbingan. Karena alasannya tadi, gue introvert engga suka keramaian wkwk. Mereka pun menyetujuinya dan memberikan beberapa buku Sosiologi untuk selanjutnya gue pelajari. Gue pun pamit duluan untuk pulang dan langsung membuat esai sesuai tema yang diperlombakan.

Setelah gue selesai buat esai dalam beberapa minggu, gue pun kembali menemui pembimbing di Ruang Perpustakaan. Kami pun berdiskusi mengenai event ini dan langsung melakukan registrasi pendaftaran online untuk mendaftarkan olimpiade esai dan cerdas cermat. Pak Yuda menyuruh gue untuk langsung mengirim berkas esainya ke panitia. Bu Hani pun menjelaskan untuk gue menunggu pengumuman lolos administrasi setelah mengirimkan esai dan menyuruh gue menghafal materi-materi Sosiologi. Gue pun mengiyakan. Sembari menunggu pengumuman, gue pun sempat menghafal materi Sosiologi. Mengenai apa itu definisi Sosiologi, pernyataan-pernyataan Sosiolog terkenal, dan lain sebagainya.

Pengumuman pun tiba, kami pun cek bersama apakah gue dan tim cerdas cermat lolos administrasi apa engga. Setelah gue cek, mantappp! Tim cerdas cermat dan gue lolos tahap administrasi dan berhak mengikuti serangkaian kegiatan Olimpiade Sosiologi Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia. Gue lolos olimpiade esai dengan jumlah peserta lolos seleksi sekitar ratusan orang dan tim cerdas cermat puluhan tim. Kami pun semakin bersemangat untuk mengikuti lomba tersebut.

Tepat sehari sebelum kami berangkat, ternyata jadwal ujian pesantren ada perubahan jadwal. Jadwal yang semula akhirnya dipercepat karena beberapa alasan. Gue pun agak sedikit kecewa. Gue yang niat ikut lomba karena engga mau ikut ujian pesantren pun akhirnya tetep ikut ujian pesantren. Gue sempet menghafal materi yang mau diujikan. Jadwal keberangkatan rombongan lomba dari sekolah kami pun yang asalnya berangkat siang hari berubah menjadi malam hari setelah ujian. Karena gue dan Muti anak pondok pesantren jadi harus ikut ujian pesantren dulu. Akhirnya, gue sama Muti pun mengerjakan soal ujian pesantren. Ujian dimulai pukul 7 malam dan selesai sekitar pukul 10 malam. Pikiran gue engga karuan waktu mengerjakan soal. Gue beranggapan mana bisa sekarang ujian, malamnya berangkat, dan besoknya langsung mengerjakan lagi soal. Hadeuh. Tapi, yaa gue jalani aja meskipun agak sedikit marah-marah engga jelas. Akhirnya, pukul 10 malam tiba dan waktu ujian pun selesai. Para santri kembali ke asramanya masing-masing untuk istirahat. Gue pun langsung bersiap-siap berganti pakaian dan segera berangkat ke sekolah menunggu jemputan.

Setelah sampai di sekolah, gue ketemu sama Pak Yuda. Gue pun menanyakan perihal keberangkatan dan keberadaan tim cerdas cermat. Ternyata, Bu Hani telah di Bandung pada hari sebelumnya, dan tim cerdas cermat sedang di Rumah Arin menunggu jemputan. Gue pun menunggu jemputan tiba. Lama tak kunjung datang, gue pun menanyakan kembali perihal jemputan ke Pak Yuda. Ternyata, kita sedang menunggu Pak Yoga, seorang guru olahraga yang sedang melakukan negosiasi menyewa sebuah mobil untuk kami bisa berangkat ke Bandung. Hadeuhh, kenapa engga disiapkan sebelumnya sih. Gue udah ngantuk. Gue capek mengerjakan soal. Gue pengen tidur. Saat itu gue agak sedikit kecewa tapi engga diperlihatkan langsung. Akhirnya, mobil sewaan pun datang dengan Pak Yoga sebagai supirnya. Kami pun berangkat menuju Rumah Arin untuk menjemput tim cerdas cermat. Setelah sampai di Rumah Arin, keluarlah tim cerdas cermat dan langsung masuk ke mobil. Lagi-lagi gue agak sedikit kecewa. Ternyata di dalam Rumah Arin, terdapat Muti. Ia engga ikut ujian pesantren dan memilih ikut ujian susulan aja. Hadeuh, kenapa gue engga ikut kek Muti aja susulan wkwk. Setelah semuanya masuk ke mobil, kami pun berangkat menuju Bandung.

Di tengah perjalanan, musik dinyalakan dengan lumayan kencang. Dengan suara nyaring, Arin tak henti-hentinya berbincang-bincang dengan Pak Yoga dengan alasan agar Pak Yoga engga mengantuk selama mengemudi. Lagi-lagi gue sedikit menggerutu akan sikap mereka. Gue pengen tidur. Gue udah capek. Terlebih gue liat Pak Yuda, Muti, sama Hana udah ngorok dengan nyenyaknya. Padahal kalo dipikir-pikir, mana bisa tidur dalam kondisi tersebut. Pada pukul 12 malam, kami putuskan untuk rehat sebentar di rest area tol. Ada yang pergi ke toilet, membeli kopi, dan lain sebagainya. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan. Karena mungkin sebelumnya istirahat dan engga pada tidur lagi, akhirnya Arin meminta Pak Yoga untuk pergi terlebih dahulu ke MCD untuk memesan makanan drive-thru. Sesampainya di MCD, Arin pun memesan beberapa burger untuk dibagikan kepada kita. Karena pada waktu itu engga ada seorang pun yang tertidur dan membujuk Arin untuk traktir mereka. Arin pun menyetujuinya. Kami pun diberi burger gratis oleh Arin. Gue yang belum tidur dan perut keroncongan pun semangat mengambil burger dari Arin dan langsung memakannya. Tiba-tiba, "krekkkkk". Gue engga sengaja menggigit bawang bombay. Gue pun agak sedikit eneg karena engga sengaja gigit bawang tersebut. Perlu diketahui, gue paling engga suka sama bawang-bawangan. Bawang putih, merah, daun, bombay, dan lainnya pun engga suka. Yang awalnya akan enak dan mengganjal perut keroncongan pun berubah menjadi sangat mual. Akhirnya, gue engga melanjutkan memakan burger tersebut dan meminta Hana untuk meminta minum kopi yang udah ia beli di rest area sebelumnya.

Sesampainya di Bandung, kami pun masih mencari kostan mahasiswa lulusan alumni sekolah kami yang kuliah di sana. Gue pikir, kenapa engga sekalian aja di hotel. Setelah gue tanya, ternyata pihak sekolah hanya mengakomodasi penginapan untuk hari besok saja. Karena tanggal perlombaannya pun mulai besok. Ditambah lagi besok pun hotelnya standar. Bukan berarti gue engga mau tidur di hotel demikian atau gue pengen di hotel mewah. Engga bermaksud demikian. Tapi, sekolah menyarankan untuk memilih hotel yang pas. Dalam artian harga nominalnya pas, bilangan bulat. Padahal engga mungkin dong kami booking hotel secara langsung datang ke hotelnya, mahal cuy. Otomatis kami ikut trend untuk memesan via aplikasi. Yang mana di aplikasi pasti harga hotelnya engga bulat. Seperti Rp. 123.456 gitu. Engga bakal pas Rp. 100.000. Jarang sekali kalo pun ada. Sampai kami menemukan hotel dengan angka cukup bulat dan kami pun booking untuk hari besok. Hal ini yang menjadi alasan mengapa selama ini gue jarang sekali mengikuti perlombaan resmi dari sekolah. Ribet cuy. Yaa meskipun gue sadar ini demi kebaikan sekolah sendiri. Untuk administrasi sekolah dan lain sebagainya. Akhirnya, kami sibuk menelepon alumni, dan terdapatlah tempat istirahat untuk tim cerdas cermat di sebuah kostan mahasiswi alumni sekolah.

Setelah menitipkan mereka, kami bertiga pun melanjutkan perjalanan. Hingga pada akhirnya kami memasuki sebuah komplek DT. Gue kira kami masuk kesana untuk Salat Tahajud. Dalam pikiran, rajin amat guru gue wkwk. Namun, hal-hal yang sebelumnya dibayangkan pun berbeda. Sampai kami masuk ke komplek parkiran DT, mesin mobil pun dimatikan, kursi Pak Yoga dan Pak Yuda disandarkan, kaca sedikit diberi celah, mereka pun langsung tidur. Gue pun kaget dan menanyakan apa yang terjadi. Ternyata, malam ini kita tidur di parkiran DT. What? Kenapa engga bilang dari awal? Yaa seenggaknya minimal gue booking hotel atau apalah. Kekecewaan  demi kekecewaan pun terjadi. Tapi karena ngantuk sekali, tetep aja tidur meskipun sedikit-sedikit kebangun wkwk. Sampai pada akhirnya, ada seorang satpam mengintip kami dari balik kaca mobil dan mengetuk-ngetuk kaca berharap ada respon. Gue yang gampang kebangun pun langsung melek. Ketika gue liat ke Pak Yuda sama Pak Yoga, tetep aja mereka asyik tidur engga keganggu satpam. Gue pun diliatin satpam dari luar sembari ngomong engga jelas karena terhalang kaca. Gue pun panik. Gue ambil pulpen dan buku dari tas, dan menuliskan beberapa kalimat yang intinya kami meminta izin untuk tidur di parkiran DT karena engga memiliki tempat istirahat untuk besok ada perlombaan. Satpam pun mengernyitkan dahi sembari membaca tulisan gue yang kek ceker ayam wkwk. Setelah selesai membaca, satpam pun menganggukkan kepala dan memberikan sebuah jempol, tanda mempersilakan kami istirahat. Alhamdulillah, diizinkan juga ternyata wkwk. Tapi, setelah kejadian itu, gue susah untuk tidur kembali. Sampai pada akhirnya Subuh pun tiba, dan guru gue pun kebangun untuk Salat Subuh. Setelah Salat Subuh, kami pun meneruskan perjalanan untuk menjemput tim cerdas cermat ke kostan mahasiswi.

Setelah tiba di kostan mahasiswi, akhirnya tim cerdas cermat pun keluar dari kostan dan langsung masuk ke mobil. Kami pun bergegas pergi ke Universitas Pendidikan Indonesia. Setelah tiba di gerbang masuk kampus, kami istirahat sebentar di masjidnya. Kami pun mandi di toilet masjid untuk menyegarkan badan setelah perjalanan panjang malam tadi. Tak lupa, kami pun mencari tempat makan untuk sarapan. Perihal sarapan pun agak rumit sebenarnya. Kami mencari tempat makan yang ada nota pembeliannya. Semua ini karena dana dari sekolah sudah di atur sedemikian rupa dan akan dimintai bukti nantinya berbentuk nota. Gue pun agak sedikit kecewa. Bukan perihal harga makananan yang dibatasi. Juga bukan perihal makanan yang ingin mewah. Sama sekali engga terlintas dipikiran gue. Cuma gue pengen yaa makanan murah asalkan terpenuhi 4 sehat 5 sempurnanya gitu. Biar kami lebih fokus mengikuti perlombaan. Namun, nihil. Kami menemukan warung yang memberikan nota pembelian tapi menyediakan makanan yang menurut gue engga menyehatkan. Dalam artian, makanan berminyak, gorengan, dan beberapa makanan yang emang engga menyehatkan. Tapi, yaa terpaksa gue mesen makanan dan memakan makanan tersebut untuk sarapan.

Setelah selesai sarapan, kami pun bergegas menuju tempat perlombaan. Sebelum perlombaan dimulai, seperti biasa dilakukan pembukaan terlebih dahulu. Kami pun duduk di lantai 2 gedung untuk mengikuti pembukaan kegiatan. Gue agak sedikit kaget dengan jumlah hadirin yang datang pada saat itu. Gedung yang sedemikian besarnya dipenuhi orang-orang yang akan mengikuti lomba ini. Ada yang sarapan karena engga sempet. Ada yang sibuk menghafal buku-buku Sosiologi. Sampai ada yang tertidur karena mungkin sudah melakukan perjalanan panjang kek gue wkwk. Gue dengan mata panda pun sebenernya pengen tidur kek mereka, tapi malu euy haha. Sampai pada akhirnya tim dari pihak sekolah tetangga gue pun menghampiri kami di lantai 2 gedung. Mereka menanyakan siapa aja yang ikut, ikut lomba apa aja, dan lain sebagainya. Pembimbing gue pun menjelaskan mengenai siapa aja yang ikut, ikut lomba apa aja, dan lain  sebagainya. Termasuk menjelaskan keikutsertaan gue dalam lomba olimpiade esai. Terlebih gue yang masih kelas 11 dan jurusan MIPA. Dengan ekspresi sinis, pembimbing dari tetangga sekolah gue pun melontarkan kata-kata yang emang bakal membuat kami down. Beliau menuturkan bahwa tim sekolahnya sudah mempersiapkan pesertanya jauh-jauh hari. Sekitar setahun yang lalu mereka bersiap mengikuti lomba ini. Sehingga dipastikan mereka lebih siap. Di samping itu, mereka semua jurusan IPS dan kelas 12. Lah, gue dan Arin yang kelas 11. Ditambah gue yang jurusan MIPA mana mungkin down karena hal tersebut wkwk. Gue udah terbiasa dijatuhkan sejatuh-jatuhnya biasa aja. Namun, temen-temen gue yang lain malah sedikit down. Mereka masih kepikiran ucapan pembimbing sekolah tetangga gue.

Di tengah pembukaan kegiatan, Pak Yoga meminta izin untuk pamit engga mengikuti kegiatan. Dengan alasan ia ingin menemui kekasihnya yang masih kuliah karena pada saat itu Pak Yoga belum menikah. Pak Yoga pun beranjak meninggalkan kami untuk menemui kekasihnya tersebut.

Setelah acara pembukaan selesai, pihak panitia mengadakan mobilisasi peserta sesuai mata perlombaannya. Tim cerdas cermat menuju sebuah ruangan dan gue pun masih di gedung tersebut karena lokasi olimpiade esai di sana. Panitia pun merapikan kursi untuk kegiatan olimpiade esai. Tampak berjejer kursi dengan rapi. Setelah selesai, peserta olimpide esai pun diminta duduk sesuai nomornya. Gue pun duduk sesuai nomor. Setelah semua peserta duduk rapi, panitia pun membagikan bundelan soal Sosiologi dan kertas jawaban. Setelah gue buka, wowww total soalnya kurang lebih 150 soal! Dengan beberapa bagian seperti pilihan ganda, menyocokkan pasangan yang sesuai, sebab akibat, dan lain sebagainya. Soal demi soal pun gue kerjakan. Waktu pengerjaan kurang lebih 2 jam. Di tengah-tengah pengerjaan soal, gue izin ke panitia buat keluar masuk ke toilet. Entah gue gugup atau apa wkwk. Sampai pada akhirnya, karena gue terlalu sering izin ke toilet, panitia pun curiga ke gue takut gue searching jawaban lah, bawa hp lah, dan lain sebagainya. Hingga setiap gue izin ke toilet selanjutnya, gue diantar panitia dan gue diperiksa takut gue bawa hp dan sejenisnya. Tapi yaa gue murni kebelet kok wkwk. Gue pun selesai mengerjakan soal dan waktu pengerjaan telah selesai. Soal dan jawaban dikumpulkan panitia untuk selanjutnya dilakukan penilaian dan diumumkan peserta yang lolos ke tahap final besok pada sore harinya.

Para peserta pun keluar dan menemui pembimbingnya masing-masing. Ada yang langsung pergi ke hotel. Ada yang makan snack dari panitia. Ada yang membahas soal. Dan ada gue yang bingung mencari pembimbing wkwk. Akhirnya, sembari menunggu pembimbing gue dateng, gue putuskan buat pergi ke kantor pusat DT Peduli untuk membahas perihal sponsorship. Karena saat itu jarak dari gedung perlombaan ke kantor DT Peduli sangat dekat. Gue pun lari menuju kantor pusat DT Peduli. Setelah sampai, gue pun masuk ke kantornya dan membahas mengenai sponsorship bersama petugas di sana. Petugas pun menyarankan gue datang lagi besok untuk pencairan dana. Gue pun kembali lagi ke gedung perlombaan takut pembimbing gue mencari gue wkwk. Setelah sampai di gedung, benar saja pembimbing gue mencari gue haha. Mereka pun bertanya gue darimana, gue pun menjelaskan habis dari DT Peduli. Setelah itu, gue tanya tim cerdas cermat lolos apa engga. Sayang, tim cerdas cermat harus berhenti di sesi pertama. Tak apa. Masih ada gue peluang satu-satunya.

Sore hari pun tiba, waktu pengumuman peserta yang lolos pun segera diumumkan. Tiba-tiba ada notifikasi whatsapp masuk. Pas gue cek, ternyata ada pesan dari pihak DT Peduli kalo gue harus kembali lagi ke kantor pada sore hari itu juga untuk pencairan dana. Gue pun meminta izin untuk menunggu pengumuman lolos babak selanjutnya sebelum pergi ke DT Peduli. Mereka pun mengiyakan. Waktu pengumuman pun tiba. Mulai dari peserta tim cerdas cermat yang lolos babak selanjutnya. Disusul lomba poster. Setelah itu, olimpiade esai yang diumumkan top 15 untuk babak final. Panitia pun mengumumkan. Gue duduk di bangku paling depan lantai 2, sedangkan tim sekolah gue duduk paling belakang lantai 2. Saat gue tunggu pengumumannya dari depan lantai 2, nama gue tercantum dalam top 15 tersebut. Sontak tim sekolah gue pun berteriak histeris. Gue yang lolos ke babak final langsung berdiri dan kembali bergabung ke tim sekolah gue di belakang dengan ekspresi datar. Hah, emang engga senang gue lolos ke babak final? Bukan begitu, gue introvert mana bisa mengungkapkan kebahagiaan wkwk. Gue pun kembali bergabung dan bersalaman dengan tim sekolah. Panitia pun meneruskan mengumumkan peserta yang lolos ke babak final. Setelah selesai semua pengumuman yang lolos ke babak selanjutnya, tak nampak kembali tim dari sekolah tetangga yang tadi pagi memojokkan tim sekolah gue. Alasannya sederhana, timnya engga ada satupun yang lolos. Mau dosa tapi takut ngakak wkwk. Gue pun meminta izin ke pembimbing untuk langsung pergi ke kantor pusat DT Peduli untuk pencairan dana. Setelah pencairan dana, gue pun kembali lagi ke gedung tersebut.

Nampak tim sekolah gue sedang menunggu jemputan mobil menuju hotel dari tadi. Mobil engga kunjung datang. Kami telepon Pak Yoga pun engga ada jawaban. Sampai pada akhirnya, Pak Yoga pun datang. Kami pun agak menggerutu karena telat dengan kondisi kami sangat capek mengikuti perlombaan. Pak Yoga pun menjelaskan alasannya telat menjemput adalah karena ketika ia ingin mengantarkan kekasihnya kembali ke kostan, ia sempat dihadang oleh tukang ojek dan masyarakat sekitar sana. Alasannya sederhana, Pak Yoga dikira tukang supir online yang mengantarkan konsumen! Wkwk. Sontak kami pun tertawa lepas mendengar cerita Pak Yoga. Hal yang dibayangkan akan romantis bersama kekasih, eh malah berujung sadis wkwk.

Setelah gue dinyatakan lolos ke final, gue dm Teh Fajkus untuk memberi tahu kalo gue lolos ke babak final dan meminta doa supaya bisa mewujudkan mimpi yang sempat tertunda semasa SMA Teh Fajkus.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju hotel. Sesampainya di hotel, mobilisasi kamar pun dimulai. Tim putri mengikuti Bu Hani untuk memilih kamar. Dan tim putra mengikuti Pak Yuda. Gue sempet mempunyai firasat buruk. Benar saja, kami bertiga sekamar. Gue, Pak Yoga, dan Pak Yuda harus berbagi kasur untuk tidur haha. Tapi tak apa, asal bisa nyenyak aja engga kek malam sebelumnya. Sesaat sebelum tidur, tim sekolah gue masuk ke kamar gue untuk melihat gue latihan presentasi buat besok sembari memesan makanan seafood via aplikasi dengan sedikit pendanaan dari Arin. Nah, ini gue baru suka wkwk. 4 sehat 5 sempurna. Mereka pun duduk rapi di kasur sembari menyimak presentasi gue. Setelah presentasi, tanya jawab pun terjadi. Dimulai dari Bu Hani, Pak Yuda, Pak Yoga, hingga temen-temen gue melempar pertanyaan untuk gue jawab perihal presentasi tadi. Latihan pun selesai. Akhirnya, makanan seafood pun tiba. Kami makan dengan lahapnya di dalam kamar gue. Setelah selesai, kami pun kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. Di tengah malam, gue masih belum bisa tidur. Gimana mau bisa tidur, berdesak-desakkan, berbagi tempat kasur, dan lagi-lagi Pak Yoga dan Pak Yuda udah tidur duluan wkwk.

Besoknya, tepat hari Jumat pagi kami bersiap-siap berangkat menuju perlombaan. Pak Yoga pun memutuskan untuk melihat presentasi gue nanti, engga main bareng kekasihnya. Mungkin takut peristiwa kemari terjadi wkwk. Kami pun mengikuti rangkaian kegiatan. Setelah itu, peserta kembali dilakukan mobilisasi oleh panitia sesuai ruangan perlombaan. Peserta finalis olimpiade esai pun diarahkan ke sebuah ruangan untuk nantinya dipanggil satu per satu untuk presentasi. Di ruangan, para peserta saling berkomunikasi dengan peserta lain. Karena gue masih ngantuk, gue pun engga menghiraukan mereka. Gue langsung tidur. Mungkin karena gue introvert jadi yaa engga suka keramaian wkwk. Padahal gue udah paksain buat komunikasi bareng mereka. Ada yang sibuk sarapan. Ada yang ngobrol dengan teman dekat kursinya. Ada yang sibuk menghafal sembari memperagakan presentasi nanti. Sampai pada akhirnya, giliran gue presentasi. Gue yang masih tidur pun dibangunkan sama panitia terlebih dahulu. Tanpa cuci muka atau izin ke toilet terlebih dahulu, gue langsung naik ke panggung untuk presentasi. Pihak panitia membatasi presentasi selama 7 menit dengan pertanyaan selama 3 menit. Gue pun mulai presentasi. Namun sialnya, slide power point gue engga muncul dari panitia dan waktu mulai berjalan. Tanpa merasa terganggu, gue pun dengan profesional melanjutkan untuk presentasi hingga power point gue akhirnya muncul juga. Waktu presentasi pun selesai tepat waktu dan pertanyaan pun dilontarkan juri dan mampu gue jawab dengan cukup baik.

Setelah selesai, seperti biasa gue kembali ke ruangan dan kembali tidur wkwk. Sampai pada peserta ke-15, presentasi pun selesai dan para peserta diminta menunggu pengumuman kejuaraan. Saat itu waktu sudah mau masuk Jumatan. Gue, Pak Yoga, dan Pak Yuda pun melakukan Salat Jumat di masjid kampus tersebut. Di tengah-tengah ceramah, ada yang luar biasa terjadi. Khotib menjelaskan mengenai suatu peristiwa disertai pendalaman teori Sosiologi yang membuat gue yaa lumayan nyambung lah dengan apa yang gue pelajari selama ikut olimpiade ini. Setelah selesai Salat Jumat, kami pun kembali ke ruangan untuk menyaksikan babak final cerdas cermat. 

Setelah diputuskan juara lomba cerdas cermat, kegiatan selanjutnya pun pengumuman kejuaraan. Dimulai dari lomba cerdas cermat, poster, hingga terakhir pengumuman kejuaraan olimpiade esai. Dimulai dari juara esai terbaik, presentasi terbaik, hingga juara 1, 2, dan 3. Saat panitia mengumumkan kejuaraan, gue JUARA 2! Yang langsung disambut tim sekolah gue dengan sangat gembira penuh euforia. Gue pun naik ke atas panggung menerima penghargaan. Setelah selesai mengabadikan momen, tak lupa gue kembali dm Teh Fajkus seraya memperlihatkan kejuaraan gue.



Sebelum acara selesai, panitia meminta peserta yang mau menceritakan pengalaman, kesan, dan pesan selama mengikuti kegiatan. Gue pun mengacungkan tangan berharap dipilih panitia. Alasannya sederhana, pada saat itu gue pengen dapet hadiahnya wkwk. Gue pun naik ke atas panggung dan menceritakan pengalaman mengikuti acara termasuk tidur di parkiran wkwk. Setelah itu, panitia memberikan bingkisan. Setelah gue liat isi bingkisannya, terdapat beberapa barang, salah satunya bucket bunga. Hana pun membujuk gue untuk memberikan bucket bunga tersebut padanya. Gue pun langsung memberikan bucket bunga tersebut ke Hana. Karena jujur, gue suka aja sama Hana wkwk. Engga tau kenapa. Padahal, waktu itu, tepatnya bulan Desember, gue ada sebuah hubungan sama Novi. Yaa, meskipun pada akhirnya ditolak tepat pada tahun baru wkwk. Masih ingat sama Novi? Cek kisahnya di sekuel Menolak Lupa, ya! Tapi sayang, bucket bunga tersebut malah direbut sama Arin. Hana pun kecewa wkwk.

Setelah kegiatan selesai, kami pun kembali ke mobil untuk segera pulang karena waktu sudah malam. Di tengah perjalanan, Muti meminta izin untuk diantarkan ke rumahnya di Garut. Karena kami pasti akan melewati Garut. Muti mengarahkan jalan menuju rumahnya. Nampak jalanan sepi, penuh pepohonan, dan agak sedikit jauh dari kota menuju Rumah Muti. Sesampainya di Rumah Muti, nampak Ibunya sedang menunggu kehadiran kami. Kami pun bersalaman dengan Ibu Muti kemudian meminta izin untuk melanjutkan perjalanan karena masih jauh. Di tengah perjalanan, tepatnya di sebuah restoran Pak Asep Stroberi, Pak Yoga nyeletuk agar gue mentraktir mereka makan malam sebagai pajak juara. Dengan diiringi sambutan penumpang seisi mobil, gue pun mengiyakan untuk mentraktir mereka. Masa iya gue bakalan menolak wkwk. Mobil pun diparkirkan di parkiran restoran. Kami pun masuk ke restoran dan memesan makanan. Lucunya, ketika kami memesan makanan, nampak yang lain memesan dengan antusias. Ada yang memesan dengan sate, jus, dan lain sebagainya. Tanpa mereka sadari, gue cuma pesen ala kadarnya berharap duit gue cukup untuk menghemat bekal gue ke Turki wkwk. Tapi tak apa. Makanan pun tiba dan kami langsung melahapnya. Gue pun bayar total biaya makan. Setelah dihitung, totalnya 500 ribu lebih, mantap! Padahal lumayan tuh kalo ditabung buat ke Turki wkwk.

Setelah kami selesai makan malam, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Setelah sampai di Tasik, kami mengantarkan Hana, Arin, dan Bu Hani ke rumahnya. Mereka pun membereskan barang bawaan hingga "kreeekkkk" piala gue PATAH sama Bu Hani! Bu Hani pun kaget dan meminta maaf. Tapi karena waktu udah larut malam dengan kondisi gue capek dan ngantuk, masa iya gue marah sama Bu Hani wkwk. Lagian udah terlanjur patah. Gue pun mengiyakan dan mobil pun pergi menuju tempat gue. Sampai tulisan ini ditulis, gue engga pernah liat piala itu lagi wkwk. Pas hari pembagian kejuaraan dan raport semesteran pun, gue cuma diucapkan terima kasih sama kepala sekolah dihadapan siswa bahwa gue juara 2 Olimpiade Sosiologi Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia. Diumumkan tanpa maju ke depan dan tanpa berfoto bersama piala gue wkwk.

Komentar

  1. Lagi lagi terharu lagi nih bacanya :') Terimakasih banyak Arif :')

    BalasHapus
  2. Makasih bucket bunganya, meskipun akhirnya mendarat di Arin wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Percakapan Pendidikan Karakter antara Guru dan Murid

Seorang ibu adalah pendidik pertama dan terutama anak. Bagaimana mungkin anaknya bisa terdidik, jika ibunya tidak terdidik? RA Kartini 1902 Setiap Malam Jumat, di daerah saya rutin mengadakan pengajian mingguan yang bertempat di sebuah Masjid. Malam Jumat kemari, saya mendapat pengalaman yang sangat luar biasa. Dimana penceramahnya berasal dari pimpinan sebuah pondok pesantren di daerah saya. Masyarakat pun duduk berjejer rapi sambil mendengarkan dengan khusyu apa yang disampaikan penceramah tersebut, tak terkecuali dengan saya. Saya mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan penceramah sambil sesekali mengangguk-ngangguk tanda mengerti. Karena sebelumnya saya pernah belajar di sebuah pondok pesantren. Tepat di samping saya, terdapat seorang pemuda pengurus masjid tersebut. Beliau aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, seperti ceramah, khotbah, pengajian ibu-ibu, dan lain sebagainya. Pemuda tersebut merupakan seorang santri lulusan pondok pesantren milik sang penceramah.

Semua Berawal dari Gemercik

Semakin banyak gue membaca, semakin kuat pula keinginan untuk menulis, dan berkarya tanpa batas. Teruslah menulis! Tetapi jangan sesekali mencoba untuk membebani diri gue sendiri dengan tulisan-tulisan yang akan gue anggap sangat bagus. Karena saat seorang pemula mulai menulis, gue terkadang membebani diri gue sendiri hanya untuk menulis sesuatu yang dianggap akan sangat menarik untuk dibaca. Oleh karena itu, saat orang-orang tak tertarik akan karya tulis tersebut, terkadang gue berhenti di tengah jalan. Jadilah penulis pemula yang sangat yakin dengan tulisan-tulisan jeleknya, tetapi tetap istiqomah untuk selalu berkarya! Menjadi penulis bukan pilihan gue pada awalnya. Tidak memiliki latar belakang organisasi Karya Ilmiah Remaja sebelumnya, jurnalis kampus, apalagi kuliah di jurusan sastra Indonesia. Memang tak ada kaitannya sama sekali dengan pendidikan di Madrasah Aliyah yang mayoritas pelajaran agama dan umum semata. Bersahabat dengan matematika, fisika, biologi, pramuka, dan

Mahasiswa Sistem Informasi UISI Terpilih Mengikuti Magang Bersertifikat Posisi HR Generalist dan Performance Management System di Hasnur Centre Kalimantan Selatan

Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) merupakan program Kemendikbudristek yang memberikan pengalaman selama satu semester kepada mahasiswa dalam mengasah kemampuan dan pengetahuannya di berbagai dunia industri mitra secara langsung, salah satunya mitra Hasnur Centre. Hasnur Centre merupakan  Corporate Social Responsibility  dari Hasnur Group yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Hasnur Centre mengusung konsep  Innovation Learning Internship  dengan memadukan konsep utama antara  On the Job Training  dan  Working Learning Internship . Hasnur Centre mengedepankan proses pembelajaran dan pembekalan persiapan masuk dunia industri secara kolaborasi dan kerjasama lintas posisi dan lintas unit. Pada MSIB  Batch  4, Hasnur Centre membuka 21 posisi dan menerima 192 mahasiswa magang dari 71 perguruan tinggi seluruh Indonesia. Adapun Arif Muhammad Iqbal dari Sistem Informasi Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) terpilih mengikuti magang bersertifikat di Hasnur Centre posisi